Dengan kekuatan roster baru, Alter Ego optimistis menghadapi VCT Challengers Indonesia Split 2 dan memiliki harapan besar menembus VCT 2024 Pasific.
Kehadiran roster baru Alter Ego yang diperkuat oleh beberapa veteran seperti Asteriskk, Eeyore dan Roseau sebagai pelatih terbukti ampuh meningkatkan performa mereka di VCT Challengers Indonesia Split 2 saat ini. Mereka menghadirkan warna baru yang membuat AE semakin kuat dan menajamkan performa di scene kompetitif Indonesia.
Mengawali debut roster baru dengan baik ketika mengalahkan BOOM Esports dengan skor 2-1 dan DEWA United Esports dengan skor 2-0 di round 2 dan round 3, tetap saja Alter Ego tak mau jemawa dengan hasil baik tersebut.
Sinergi yang berhasil dibangun oleh para veteran dan juga para pemain muda bertalenta seperti deLb dan Kushh membuat Alter Ego optimistis menatap sisa laga dengan harapan baru dan belajar penuh dari kesalahan mereka di split 1.
Kehadiran para veteran bukanlah opsi yang sia-sia bagi Alter Ego. ONE Esports menanyakan hal tersebut secara eksklusif kepada sang General Manager sekaligus manajer tim Valorant, Avian “WHYPHY” Luthfi terkait kehadiran Asteriskk, Eeyore dan Roseau.
Menurut WHYPHY, kehadiran Asteriskk, Eeyore dan Roseau dipengaruhi oleh keterbatasan pemain yang berpengalaman di Indonesia. Ia menambahkan, jumlah pemain (pool player) pro Valorant di Indonesia dengan kualitas yang baik sangatlah sulit ditemukan.
“Sebenarnya saya berpikir kalau pool pemain di scene kompetitif Valorant Indonesia terlalu kecil (sedikit), kami harus mencari pemain yang memiliki pengalaman sedangkan 3 nama pemain dan pelatih yang kami ambil sudah berpengalaman di scene kompetitif Valorant, bahkan sekarang di Timnas Valorant Indonesia,” ucap WHYPHY eksklusif.
“(Faktor) itu yang membuat kami mantap mengambil mereka,” tambahnya.
Di samping pengalaman yang sudah terbukti sebagai veteran di ranah game FPS khususnya Valorant, WHYPHY menambahkan pemilihan ke-3 pemain tersebut mampu menghemat waktu persiapan tim menuju Split 2.
“Selain itu kan mereka (para veteran) adalah pemain Timnas di mana deLb dan Kushh adalah pemain Timnas jadi bisa menghemat waktu latihan. Bisa latihan untuk Timnas, dan bisa latihan untuk VCT sekali mendayung dua pulau terlewati lah istilahnya,” tuturnya.
Seperti apa harapan Alter Ego menyambut VCT Challengers Indonesia Split 2 nantinya? Dan apa cerita di balik perombakan roster setelah mereka harus mengakui kekalahan di VCT Challengers Indonesia Split 1 beberapa waktu yang lalu?
Alter Ego PeDe dengan kekuatan roster lokal mampu menembus liga franchise Valorant
Lebih lanjut, WHYPHY menjelaskan setelah VCT Challengers Indonesia Split 1 yang lalu, dirinya memilih untuk mengambil pemain dan pelatih lokal (Indonesia) usai mereka berpisah dengan pelatih lama, Kang “Try” Tae-Wook.
“Dari saya pribadi belum ada bahasan dengan manajemen namun saya lebih prefer pemain atau pelatih nasional saja. Yang dirasakan sebelumnya walau serumpun dengan 3nable (Malaysia) ada kesulitan komunikasi apalagi sama Try dari Korea,”
“Bahasa inggrisnya juga kurang fasih jadi kami kesulitan di situ. Kami berusaha (untuk) mengutamakan kenyamanan pemain,” ungkap WHYPHY.
Ia menambahkan, sejak Alter Ego takluk di VCT Challengers Indonesia Split 1 menurutnya salah satu poin masalah yang dihadapi AE adalah kendala bahasa dan komunikasi. Maka, sebelum membawa roster baru hal itu harus diselesaikan terlebih dahulu.
“Banyak banget poin yang kami ambil dari kekalahan kemarin. Salah satunya language barrier itu masalah yang harus diselesaikan. Soalnya setiap pemain pasti memiliki masalah yang berbeda-beda, satu pemain bisa mengikuti atau mengartikan perbedaan bahasa tapi yang lain belum tentu (bisa) jadi ya kami mau semua pemain nyaman saja,”
“Bagaimana tim mau berkembang kalau para pemain tidak nyaman,” tuturnya.
Dengan kehadiran Asteriskk dan Eeyore otomatis posisi dua pemain lama AE, Natz dan NAKYA resmi tergantikan. Alter Ego resmi meminjamkan Natz ke tim HIKE Digital dan NAKYA menjadi pemain cadangan (subs) sementara waktu.
“NAKYA masih tetap di AE (sebagai subs) dan kami mencoba untuk menerapkan sistem rolling player saja, semua bergantung ke coach Roseau (Agil) soalnya NAKYA juga ada kesibukan studi,”
“Pemindahan Natz itu keputusan saya dan manajemen. Mungkin game style yang sekarang dengan Natz kurang cocok. Kemarin dia bermain sebagai smoker (controller) padahal dia pure Sentinels, gameplay Natz selalu agresif dan itu adalah gameplay yang sangat risky,”
“Jadi ya kurang cocok saja dan kami berusaha mencari solusi terbaik dan tidak mau gambling dalam hal ini,” sambungnya.
Di akhir, WHYPHY mengungkapkan pesan dan harapannya terhadap roster baru divisi Valorant dari Alter Ego untuk bisa menembus turnamen Ascension bahkan hingga VCT 2024 Pasific. Menurutnya, Alter Ego mampu untuk menjadi wakil Indonesia setelah RRQ dan siap untuk membuktikan jika tim Indonesia itu layak diperhitungkan di panggung internasional.
“Kami berharap banyak pasti (dengan lineup baru) soalnya di Indonesia (masih) RRQ saja yang bermain di kancah Franchise League. Kami pribadi, semuanya berharap semoga bisa menyusul ke sana, kami mau membuktikan (tim Valorant) Indonesia itu keras,”
“Maka daripada itu kami merekrut 3 pemain veteran tersebut untuk memperkuat roster dengan segudang pengalaman yang mereka miliki,” pungkasnya.
Komentar
Posting Komentar